Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), baru-baru ini menyampaikan pandangannya terkait dinamika hubungan antarnegara di dunia, khususnya mengenai kecenderungan negara-negara untuk lebih memprioritaskan isu geopolitik ketimbang berbagai tantangan penting lainnya. Pernyataan kritis SBY ini menarik perhatian banyak pihak karena menegaskan perlunya perubahan orientasi dalam kebijakan global.
Latar Belakang Pandangan SBY
Sebagai mantan presiden dengan pengalaman luas di kancah politik dan diplomasi, SBY dikenal aktif menyuarakan pemikirannya mengenai perkembangan internasional. Dalam berbagai kesempatan, ia kerap mengingatkan pentingnya kerjasama global, keterbukaan, serta respons terhadap tantangan yang dihadapi seluruh dunia.
Tantangan Global Saat Ini
Konteks dunia saat ini diwarnai beragam persoalan, termasuk ketidakstabilan ekonomi, perubahan iklim, dan disrupsi teknologi. Di sisi lain, dinamika geopolitik, seperti persaingan antarnegara besar, sering kali mendominasi agenda global. SBY menyoroti bahwa fokus berlebihan pada geopolitik berisiko mengabaikan isu-isu krusial yang berdampak langsung ke masyarakat luas.
SBY: Kritik Terhadap Orientasi Geopolitik Negara-Negara Dunia
Dalam pernyataannya, SBY secara terbuka menilai sejumlah negara lebih banyak menghabiskan energi dan sumber daya untuk urusan geopolitik, dibandingkan upaya bersama menghadapi tantangan nyata yang mendesak seperti krisis pangan, kemiskinan, dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Ia menyebut pola ini sebagai hal yang berisiko, bahkan menyatakan
“ini dangerous.”
Dampak Negatif dari Fokus Geopolitik Berlebihan
Menurut SBY, jika negara-negara terlalu terpaku pada strategi dan agenda politik luar negeri yang berorientasi pada kekuatan atau persaingan, maka solusi atas masalah global yang sejatinya membutuhkan sinergi lintas batas akan terhambat. Akibatnya, rakyat dari berbagai negara dapat merasakan imbasnya secara langsung, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun kesejahteraan.
Pentingnya Kerjasama Internasional
SBY menegaskan, dunia butuh lebih banyak kolaborasi, bukan persaingan yang tidak produktif. Ia mendorong pemerintah-pemerintah di berbagai negara untuk menjalin kemitraan yang saling menguntungkan, berorientasi pada perdamaian, pembangunan berkelanjutan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara global.
Peran Indonesia dalam Tatanan Dunia
Sebagai negara berkembang dengan pengalaman diplomasi yang panjang, Indonesia kerap menempatkan diri sebagai jembatan dialog antarnegara. SBY mengingatkan, kontribusi Indonesia di forum-forum internasional dapat menjadi contoh dalam mengedepankan kepentingan bersama di atas rivalitas sempit.
Menghadapi Era Ketidakpastian: Fokus ke Isu Nyata
Perubahan tatanan internasional yang cepat membuat banyak negara harus beradaptasi dengan situasi baru. Dalam pemikiran SBY, adaptasi yang bijak harus disertai dengan fokus pada solusi atas isu-isu nyata. Ia menekankan pentingnya penguatan mekanisme kerja sama ekonomi, penanganan bencana, hingga perlindungan terhadap kelompok rentan.
Saran Kebijakan dari SBY
- Negara-negara diminta menyusun prioritas bersama untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
- Dukungan terhadap inovasi teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat luas perlu dikedepankan.
- Peningkatan solidaritas global dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan bencana alam menjadi keharusan.
Respons Internasional dan Harapan ke Depan
Pernyataan SBY mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak yang juga menyoroti perlunya perubahan paradigma dalam menghadapi urgensi tantangan dunia. Banyak yang sepakat kolaborasi dan aksi nyata bersama akan lebih efektif membawa kemajuan ketimbang persaingan geopolitik semata.
Mengajak Refleksi Global
SBY mengajak seluruh pemimpin dunia untuk kembali merefleksikan serta mengkritisi kebijakan luar negeri masing-masing agar tidak terjebak dalam pola-pola lama yang bisa memperburuk kondisi global. Ia percaya bahwa masa depan dunia bisa lebih baik jika setiap negara bersedia mengedepankan solusi bersama untuk masalah bersama.
Kesimpulan
Kritik yang disampaikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono mengenai kecenderungan negara-negara untuk lebih mengutamakan kepentingan geopolitik diharapkan dapat menjadi alarm bagi para pemimpin dunia. Tema utama dari pandangannya adalah bagaimana tantangan utama umat manusia memerlukan kerja sama nyata, bukan persaingan yang justru menciptakan ketegangan baru di kancah internasional.
Dengan pengalaman dan wawasan yang dimiliki, SBY menyuarakan harapan agar tatanan global ke depan dapat berkembang ke arah yang lebih konstruktif, inklusif, dan berorientasi pada kepentingan umat manusia secara luas.